Rabu, 6 Mac 2013

The True Three Idiot Story

The True Three Idiot Story 

sapta

Bukan orang luar biasa. Impiannya yang luar biasalah menyebabkannya menjadi seorang seperti sekarang ini. Badannya kurus, perawakan pendek. Tidak akan pernah ada yang akan menyangka bahwa ia adalah seorang pendiri sebuah industri susu murni. Dilahirkan 3 desember 1990 yang sekarng berusia 21 dari seorang seorang ibu yang bersahaja yang berani hidup dengan penuh tantangan dan bapak yang sehari-harinya adalah menarik becak untuk mencukupi istri dan empat orang anaknya. Sebut saja namanya Saptaji.
Entahlah, apa arti dari nama tersebut. Yang jelas Sapta adalah bahasa Sansekerta yang berarti Tujuh. Aji? Dia sendiri tidak faham apa artinya. Padahal ia adalah anak ke dua dari empat bersaudara. Jadi, hubungannya Sapta yang berarti tujuh dan anak kedua dari empat bersaudara masih belum terpecahkan. Ketika ia menanyakannya kepada bapaknya, bapaknya hanya bilang “Suatu saat kamu akan tahu arti tersebut.”
Sapta, serang anak kurus yang tampak biasa-biasa saja. Namun, impiannya tentang kehidupan yang lebih baik menjadikannya sanggup menghadang badai yang jarang dihadapi oleh orang lain. Mengambil resiko untuk tidak bekerja. Mengambil resiko untuk tidak seperti orang kebanyakan. Ia memulai kehidupannya setelah lepas SMK dengan beternak lele. Berhasil? Tentu saja tidak. Seperti pebisnis kebanyakan, di awal selalu saja bisnisnya gagal. Kerugian sudah jelas besar. Lanjut kebeberapa bisnisnya yang juga ternyata terseok-seok dan dinyatakan bangkrut. Hutang? Jelas saja…
Namun, benarlah kata seorang motivator bahwa “tidak selamanya anda akan bangkrut. Diujung perjuangan akan ada jalan terang. Dan seperti itulah kebanyakan pebisnis yang bertahan. Mereka berhasil karena mereka mampu bertahan lebih lama dari yang lainnya.” Kalimat inilah yang membuat Sapta terus saja tak kapok untuk memulai usaha.
Susu sapi murni yang menjadi pilihan bisnisnya untuk kali ini. Susu Sapi murni yang ia beri nama dengan Susu Murni mang Aji. Nama lapaknya mengambil suku kata terakhir dari namanya, Saptaji. Dan mulailah ia membangun impiannya dengan berjualan susu di emperan jalan. Lapak yang sederhana sekali.
Ia sadar bahwa apa yang ia lakukannya, jika perlakuannya sama saja dengan bisnis-bisnis sebelumnya yang bangkurt, maka kebangkrutannya dalam bisnis susu sapi murni pun akan serupa dengan bisnis sebelumnya. Akhirnya Sapta mengambil langkah ekstrim, berhenti kuliah dan melanjutkan kuliah di Entrepreneur University (EU). Sebuah sekolah bisnis yang tidak akan pernah mendapatkan Ijazah yang didirikan oleh seorang pebisnis kawakan, Purdi Candra.
Disinilah ia mulai berinteraksi dengan orang-orang yang mempunyai impian-impian yang luar biasa. Sejarah mencatatkan bahwa kemajuan seseorang bisa diraih bukan hanya pada apa yang dia lakukan, tetapi juga dengan siapa ia melakukannya. Bertemulah ia dengan dua orang  yang juga telah melepaskan kebiasaan orang banyak, keluar dari pekerjaan demi  menggenggam impian yang jauh lebih besar. Namanya tendi. Seorang penulis berbakat yang bukunya sempat diperdebatkan oleh guru besar IAIN Syek Nurjati karena judul yang nyeleneh, dan Ardi seorang Trainer yang sedang naik daun dengan Teknik menghafal cepatnya. Selain seorang penulis buku, Tendi juga ternyata seorang konseptor yang sedang berkembang. Sementara Ardi, dia adalah seorang trainer yang juga mempunyai banyak relasi dan mempunyai ide-ide cemerlang  dan kadang terkesan nyeleneh. Dari Ardi inilah suatu saat bisnis Susu Sapi Murni berkembang keseluruh pelosok Indonesia.
Akhirnya sebuah konsep penjualan Susu dalam bentuk mini café tercipta. Mereka sepakat memberi nama café tersebut dengan Kedai Susu Jupe. Walaupun pada awalnytendi krishna murtia sempat diperdebatkan karena namanya cenderung kepada kepada seorang artis yang nyeleneh. Nama ini melintas begitu saja dalam pikiran Ardi sang trainer. Visinya adalah bagaimana membangun kedai tersebut sebagai sebuah inspirasi bisnis. Karena JUPE disini adalah kepanjangan dari JURAGAN PENGUSAHA.
Dengan nama itu Ardi, sapta, dan Tendi ingin memberikan pernyataan kepada publik bahwa dengan usia yang muda, mereka mampu berbuat banyak untuk kehidupan yang lebih baik. Mereka bertiga ingin memberikan inspirasi dan membuktikan bahwa usia muda bukanlah alasan untuk tidak berbisinis dan segera sukses.
Walhasil dari ketiga orang inilah Sapta sang peracik susu ulung, Tendi dengan konsep yang terus mematangkan dirinya, dan Ardi seorang  trainer dengan ide-ide cemerlangnya telah berhasil membangun sebuah bisnis baru dengan konsep baru, KEDAI SUSU JUPE (Juragan Pengusaha).
Jangan pernah membayangkan Kedai Susu Jupe diawali dengan modal yang besar. Pada awalnya Kedai ini hanya bermodal dua ratus Ribu rupiah saja untuk DP tempat yang seharga sepuluh juta pertahun. Untungnya tempat tersebut sudah menyediakan fasilitas yang dibutuhkan, seperti meja dan kursi.
Setelah DP tempat, barang-barang jualan Sapta sewaktu berjualan di emperan jalan langsung diangkut ke Kedai. Tidak ada perbaikan tempat, tidak ada iklan. Hanya mengandaklakn komunitas Entrepreneur University akhirnya KEDAI SUSU JUPE resmi dilaunchingkan pada tanggal 7 Mei 2012. Persis seperti nama perintisnya, Sapta yang berarti tujuh. 7 Mei 2012 mereka mengundang komunitas EU. Launching dengan konsep mengumpulkan baju bekas layak pakai dan minum susu dengan bayar seikhlasnya ternyata mampu menyedot perhatian komunitas tersebut. Tidak hanya itu The True Three Idiot (Mereka {Sapta, Tendi, Ardi} menyebutnya seperti itu) mengundang Komunitas EU dengan menyuruh mereka membawa mobil dan motor msing-masing satu.ardi
Tanpa disangka-sangka ternyata dengan cara membawa kendaraan pribadi launching KEDAI SUSU JUPE padat. Kontan saja KEDAI SUSU JUPE menjadi pusat perhatian para pengguna jalan di Jalan Raya Perjuangan Cirebon. Mobil dan motor yang berderet di bahu kanan dan kiri menyebabkan macet. Mau tidak mau pengguna jalan melihat kegiatan launching tersebut. Marketing yang menarik dan sekaligus menjadi salah satu trik setiap membuka Kedai baru di setiap tempat.
Sampai hari ini sudah beberapa cabang yang berhasil mereka bangun. KEDAI SUSU JUPE dengan Cirebon sebagai pusat, dan dua cabang Kedai dengan konsep booth di Cirebon, satu cabang di Jogjakarta, dua cabang di Tangerang dan satu cabang di Jakarta Selatan. Insyallah mereka akan terus berkembang, terus berkembang dan terus bekembang.